Rabu, 19 November 2014

Interelasi Kesan Bunyi Efoni dan Kakafoni pada Sajak Puisi Anak


Interelasi Kesan Bunyi Efoni dan Kakafoni pada Sajak Puisi Anak

Puisi anak yang ditulis atau dibuat oleh seorang anak biasanya akan dibacakan yang akan menghasilkan bunyi-bunyi. Efek bunyi pada puisi anak tersebut dalam pembacaan sajak puisi digunakan untuk keperluan estetis.
 Dalam bukunya heru Kurniawan (2007:95) menjelaskan bahwa efek bunyi dalam puisi biasanya menimbulkan dua kesan. 

(baca selengkapnya klik judul diatas) 


 (1)   Efoni (Kesan Merdu)
             Unsur bunyi juga dapat dipergunakan untuk memunculkan kesan suasana cerah. Kesan yang membangkitkan  kegembiraan dan rasa riang serta aman.
Kesan suasana cerah muncul karena bunyi-bunyi yang dirangkaikan berasal dari bunyi vokal serta konsonan bersuara. Kesan ini juga dapat dihadirkan dengan memanfaatakn bunyi sengau yang dirangkai sedemikian rupa.  Bunyi sengau tersebut ditata sehingga menimbulkan kesan merdu dan enak didengar.
       Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa efoni adalah bunyi yang muncul karena permainan bunyi vokal dan konsonan bersuara,  erat hubungannya dengan suasana yang menyenangkan dan berhubungan dengan kebahagiaan.
Kesan merdu (efoni) yaitu kombinasi bunyi dalam puisi yang indah. Kesan merdu (efoni) dalam puisi anak terlihat pada puisi dengan judul "GaunBaru" yang ditulis oleh Veronica. Kesan merdu tersebut terjadi pada kalimat:
Lihatlah kawan, gaun baruku
Berwana dadu buatan ibu
Gaun ku panjang hamper sekaki
Berhias kembang di sana sini
Di dalam dua bait tersebut memiliki rima yang sama yaitu aa-aa.  penggunaan kata baru, ibu, pada sajak:
Lihatlah kawan, gaun baruku
Berwana dadu buatan ibu
Diakhiri dengan bunyi vokal U dan penggunaan kata sekaki dan sini diakhiri dengan bunyi i pada  sajak :
Gaunku panjang hamper sekaki
Berhias kembang di sana sini
Bunyi vokal u dan i pada puisi tersebut memiliki sifat positif sehingga memunculkan rasa kegembiraan.
Selain itu juga terdapat efoni pada puisi "kupu-kupu" karya Rahman Syeh Mukhlisin yang berbunyi:
Alangkah elok warnamu
Terbang diantara burung-burung mencari madu
Kadangku lihat engkau berayun
Ditangkai dan daun-daun
atau berkejaran bersama kawanmu
kupu-kupuku
alangkah indah semua melihatmu
dapatkahku memiliki sayap indah
seperti sayapmu
kau terbang begitu indah
warna kupu-kupu yang indah

 (2)   Kakafoni
                  Menurut Samsuddin (2012: 34), Kakafoni adalah pemanfaatan bunyi sedemikian rupa sehingga bunyi yang dirangkaikan di dalam sajak menimbulkan kesan yang cerah serta sebaliknya, suatu kesan keburaman. Kesan ini tercermin dari keseluruhan sajak dan tertangkap dari keseluruhan sajak melalui suasana yang melingkupinya.
Secara teoritis, kesan buram timbul karena bunyi yang dirangkaikan berasal dari konsonan tak bersuara seperti /k/, /p/, /t/, /s/. Penggunaan bunyi konsonan tersebut menciptakan perasaan jiwa yang tertekan, gelisah, bahkan yang memuakkan. Karena menggambarkan perasaan yang demikian, akibatnya yang muncul adalah kesan suasana buram. Pemanfaatan unsur bunyi yang memunculkan efek semacam hal ini disebut dengan istilah kakafoni (ca-caphony).
                 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kakafoni adalah bunyi yang muncul karena permainan bunyi konsonan tak bersuara, erat hubungannya dengan suasana yang tidak menyenangkan dan untuk menciptakan suasana yang buram.

                Bunyi yang muncul pada permainan bunyi  konsonan, erat hubunganya dengan suasana yang tidak menyenangkan dan untuk menciptakan suasana yang buram. Puisi yang menceritakan mengenai kakafoni atau suasana yang menyeramkan dapat dilihat yaitu melalui puisi “nelayan” yang berbunyi

           Nelayan
tiap malam tanpa lelah
pergi ke tengh laut lepas
penuh keberanian
ombak ganas diarungi
melepaskankan jala
berharap banyak ikan tertangkap
pulangg di esok hari
hanya demi sesuap nasi
Kakafoni terdapat pada kata akhir persajakan seperti lelah, lepas, keberanian, diarungi, jala, tertangkap, hari, dan nasi. Dapat dikatakan kakafoni karena akhir rima berupa konsonan. Puisi nelayan mempunyai sifat negatif yang memunculkan suasana sedih dan menegangkan.

Kesimpulan:
Meskipun kebanyakan pembacaan puisi anak menggunakan efek bunyi kesan merdu. Dalam pembacaan puisi anak sangat berpengaruh pada psikologi anak, apakah anak itu sedang senang atau sedih. Jika perasaan anak sedang senang biasanya membuat puisi dengan kesan efoni, namun jika suasana hati anak tersebut sedang sedih menggunakan kesan kakafoni pada puisi yang dibuatnya.

Oleh :
1.      Eka Kurniasari Prihananda
2.      Ridatul Fauziah
3.      Umi Aniqoh

SUMBER :
 http://jafarudinbastra.blogspot.com/2012/06/makalh-kajian-puisi-bunyi-dalam-sajak.html 
 PUISI ANAK

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates