Interelasi Kesan Bunyi Efoni dan Kakafoni pada Sajak Puisi Anak
Puisi
anak yang ditulis atau dibuat oleh seorang anak
biasanya akan dibacakan yang akan menghasilkan bunyi-bunyi. Efek bunyi pada
puisi anak tersebut dalam pembacaan sajak puisi digunakan untuk keperluan
estetis.
Dalam bukunya heru Kurniawan (2007:95)
menjelaskan bahwa efek bunyi dalam puisi biasanya menimbulkan dua kesan.
(baca selengkapnya klik judul diatas)
(baca selengkapnya klik judul diatas)
(1) Efoni
(Kesan Merdu)
Unsur bunyi juga dapat
dipergunakan untuk memunculkan kesan suasana cerah. Kesan yang
membangkitkan kegembiraan dan rasa riang serta aman.
Kesan
suasana cerah muncul karena bunyi-bunyi yang dirangkaikan berasal dari bunyi
vokal serta konsonan bersuara. Kesan ini juga dapat dihadirkan dengan
memanfaatakn bunyi sengau yang dirangkai sedemikian rupa. Bunyi sengau
tersebut ditata sehingga menimbulkan kesan merdu dan enak didengar.
Dari penjelasan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa efoni adalah bunyi yang muncul karena permainan
bunyi vokal dan konsonan bersuara, erat hubungannya dengan suasana yang
menyenangkan dan berhubungan dengan kebahagiaan.
Kesan merdu (efoni) yaitu kombinasi
bunyi dalam puisi yang indah. Kesan merdu (efoni) dalam puisi anak terlihat
pada puisi dengan judul "GaunBaru" yang ditulis oleh Veronica. Kesan
merdu tersebut terjadi pada kalimat:
Lihatlah
kawan, gaun baruku
Berwana
dadu buatan ibu
Gaun
ku panjang hamper sekaki
Berhias
kembang di sana sini
Di dalam dua bait tersebut memiliki
rima yang sama yaitu aa-aa. penggunaan
kata baru, ibu, pada sajak:
Lihatlah
kawan, gaun baruku
Berwana
dadu buatan ibu
Diakhiri dengan bunyi vokal U dan
penggunaan kata sekaki dan sini diakhiri dengan bunyi i pada sajak
:
Gaunku
panjang hamper sekaki
Berhias
kembang di sana sini
Bunyi vokal u dan i pada puisi
tersebut memiliki sifat positif sehingga memunculkan rasa kegembiraan.
Selain
itu juga terdapat efoni pada puisi "kupu-kupu" karya Rahman Syeh Mukhlisin
yang berbunyi:
Alangkah
elok warnamu
Terbang
diantara burung-burung mencari madu
Kadangku
lihat engkau berayun
Ditangkai
dan daun-daun
atau
berkejaran bersama kawanmu
kupu-kupuku
alangkah
indah semua melihatmu
dapatkahku
memiliki sayap indah
seperti
sayapmu
kau
terbang begitu indah
warna
kupu-kupu yang indah
(2) Kakafoni
Menurut Samsuddin (2012: 34),
Kakafoni adalah pemanfaatan bunyi sedemikian rupa sehingga bunyi yang
dirangkaikan di dalam sajak menimbulkan kesan yang cerah serta sebaliknya,
suatu kesan keburaman. Kesan ini tercermin dari keseluruhan sajak dan
tertangkap dari keseluruhan sajak melalui suasana yang melingkupinya.
Secara
teoritis, kesan buram timbul karena bunyi yang dirangkaikan berasal dari
konsonan tak bersuara seperti /k/, /p/, /t/, /s/. Penggunaan bunyi konsonan
tersebut menciptakan perasaan jiwa yang tertekan, gelisah, bahkan yang
memuakkan. Karena menggambarkan perasaan yang demikian, akibatnya yang muncul
adalah kesan suasana buram. Pemanfaatan unsur bunyi yang memunculkan efek
semacam hal ini disebut dengan istilah kakafoni (ca-caphony).
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa kakafoni adalah bunyi yang muncul karena permainan
bunyi konsonan tak bersuara, erat hubungannya dengan suasana yang tidak
menyenangkan dan untuk menciptakan suasana yang buram.
Bunyi
yang muncul pada permainan bunyi
konsonan, erat hubunganya dengan suasana yang tidak menyenangkan dan
untuk menciptakan suasana yang buram. Puisi yang menceritakan mengenai kakafoni
atau suasana yang menyeramkan dapat dilihat yaitu melalui puisi “nelayan” yang
berbunyi
Nelayan
tiap
malam tanpa lelah
pergi
ke tengh laut lepas
penuh
keberanian
ombak
ganas diarungi
melepaskankan
jala
berharap
banyak ikan tertangkap
pulangg
di esok hari
hanya
demi sesuap nasi
Kakafoni
terdapat pada kata
akhir persajakan seperti lelah, lepas, keberanian, diarungi, jala, tertangkap,
hari, dan nasi. Dapat dikatakan kakafoni karena akhir rima berupa konsonan.
Puisi nelayan mempunyai sifat negatif
yang memunculkan suasana sedih dan menegangkan.
Kesimpulan:
Meskipun
kebanyakan pembacaan puisi anak menggunakan efek bunyi kesan merdu. Dalam
pembacaan puisi anak sangat berpengaruh pada psikologi anak, apakah anak itu
sedang senang atau sedih. Jika perasaan anak sedang senang biasanya membuat
puisi dengan kesan efoni, namun jika suasana hati anak tersebut sedang sedih
menggunakan kesan kakafoni pada puisi yang dibuatnya.
Oleh :
1.
Eka Kurniasari
Prihananda
2.
Ridatul Fauziah
3.
Umi Aniqoh
SUMBER :
http://jafarudinbastra.blogspot.com/2012/06/makalh-kajian-puisi-bunyi-dalam-sajak.html
PUISI ANAK
0 komentar:
Posting Komentar